Thursday, December 25, 2008

Pengalaman Mendengarkan Lagu seorang Pengamen

Saya tidak tau, apakah harus merasa senang atau merasa bersalah. Sore hari tadi, disaat saya sedang menuju kesuatu Warteg (warung tegal) sambil duduk tenang di angkutan kota alias bemo. Seorang laki-laki menghampiri bemo yang saya tumpangisambil menyanyi. Awalnya saya kurang memperhatikan dan mendengarkan dia menyanyi, tapi setelah beberapa saat, saya langsung tersentuh dengan kata-katanya......

'bukannya kami malas bekerja, tetapi memang belum ada kesempatan....'
'apakah sebenarnya Indonesia telah merdeka.....'

Dengan kalimat-kalimat tersebut saja, entah kenapa hati saya menjadi tergerak. Dengan tanpa berpikir panjang, saya langsung mengeluarkan usang senilai seribu rupiah dan langsung saya berikan kepada si pengamen. Memang tidak heran kalau saya hanya lah satu-satunya yang memberikan uang kepada si pengamen, tapi saya yakin bukan berarti merak tidak peduli.

-

Beberapa menit setelah kejadian itu, saya melewati papan iklan yang bertuliskan

'UANG ANDA MENYIKSA ANAK-ANAK JALANAN'

Deg;;;;;;; Hati saya langsung menyadari apa yang baru saja saya lakkan, rupanya lirik-lirik lagu si pengamen telah mempengarui saya. Betapa sedihnya saya setelah menyadri kaluasaya bukannya menolong tapi membuat keadaan menjadi tambah rumit.



ALia

Tuesday, December 16, 2008

Lembaran Baru

Hari ini, jam ini, menit ini dan detik ini akan akan saya gunakan untuk mengenang semua kenangan saya selma berada di Australia (maupun itu kenangan baik atau kurang baik). Siapa sangka meninggal-kan negara yang sudah saya tinggalli selama hampir 2 tahun akan menjadi sulit bagi diri saya. Dua tahun lalu, saya ingat betuk bagaimana saya malah tidak mau meninggal-kan Indonesia untuk pergi Australia. Sempat malah saya berjanji saya tidak bakal pergi ke Australia lagi kalau nanti suatu saat ada kesempatan.

-

Bukan hanya meninggal kan negara ini sendiri yang membuat saya sulit hati, tapi juga meninggal-kan teman-teman saya yang sudah terlanjur terlalu dekat dengan saya. 2 minggu yang lalu saya bisa mengingat, saya dan teman-teman se-angkatan saya berdiri di panggung aula sekolah menerima certificate graduation dari kepala sekolah saya. Tidak terasa rasanya waktu telah berlalu bagaikan kilat. Tetapi meninggalkan sesuatu yang lama bukanlah akhir dari segalanya, seharusnya saya bisa meinggalkan Australia dengan bangga karena telah berhasil menempuh semua tantangan yang sudah saya lewati, walaupun harus dengan kerja keras.

Inilah saatnya saya terbang.....

Inilah saatnya buat saya untuk menempuh tantangan-tantangan yang akan datang, yang ada di depan mata saya...........

Inilah saatnya saya menunjukan pada dunia, kalau saya bisa berhasil mengahapi tantangan masa depan.........

Inilah saatnya saya memapangun hubungan sosial yang baru............

Dan inilah saatnya saya membuka lembaran baru.......

Alia.

Tuesday, December 2, 2008

Egois

Saya hanyalah seorang gadis egois yang selalu mencoba untuk berubah dan membuang jauh-jauh sifat egois yang dari dulu saya selalu saja ada did diri saya. Saya tanpa disadari, seringkali berpikir dan bertindak dari segi kepentingan sendiri, saya sering kali mencai kesenangan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan orang-orang disekitar saya. - selfish, suatu kata yang bisa digunakan untuk mendskripsikan diri saya, walaupun memang kata-kata itu tergolong nyelekit bagi saya. 

Seperti yang saya katakan tadi, sering kali saya mencoba untuk berubah, sangat sering samapai-sampai saya hampir saja berhenti di tengah jalan. Lingkungan disekitar saya bisa dibilang kurang mendukung, berhubung saya tinggal di golongan masyarakat yang bisa tergolong egosentris (mohon maaf sebesar-besarnya, bukan maksud mau mencela). Hanya ada orang tua dan sahabat-sahabat sejatiku yang biasanya menanam benih-benih berupa nasihat berguna untuk saya. Tetapi, kelihatannya, benih-benih tersebut belum lah tumbuh (menjadi sebua karakter yang membanggakan); saya masih saja dibutakan dengan ke-egoisan diri.

Sejak dulu saya selalu menunggu, saat-saat, dimana saya bisa membrantas kebutaan diri saya dari penyakit egois ini, saat-saat dimana saya bisa keluar dari boks yang selama 11 tahun ini mengurung saya bersama dengan sifat egois ini. 

Teman-teman, jangan kira saya membual soal hal ini, selama ini sudah ada lebih dari satu orang yang menilai saya egois, mlai dai teman saya sampai orang tua saya, dan saya benar-benar menyesal soal itu. Lebih dari satu orang saya anggap rekor yang memalukan untuk perkara ini. Percayalah, komentar-komentar mereka membekas dihati sampai sekarang pun. Ingin rasanya suatu saat nanti, saya bisa menunjukan kalau saya bisa berubah, bisa membebaskan diri dari belenggu ke-egoisan ini. 

Sekarang, saya hanya bisa bercermin dan terus mengoreksi diri , karena saya tau, suatu saat nanti saya pasti akan bisa berubah,,,,